Paperus Advance

Julukan unik seperti ini sudah tidak asing di telinga kita. Boleh percaya, boleh nggak, seorang pawang hujan (konon katanya) dapat menahan hujan, bahkan mampu memindahkan hujan ketempat lain yang jauhnya sampai 60km. Ko bisa ya??

Biasanya, sebelum melakukan tugasnya, seorang pawang hujan harus melewati syarat-syarat tertentu. Seperti nggak boleh mandi selama tiga hari sebelum hari H (ihh, bau…) dan puasa dua hari sebelum hari H. Lalu pada hari H, mereka akan mulai ritual dengan mengamati awan disekitar lokasi yang akan dibentangi.

Setelah itu, mereka mulai menyiapkan sesajian yang nggak kalah pentingnya untuk disiapkan. Karena sesajian merupakan penguat dan ‘kendaraan’ bagi doa mereka. Bentuk sajian ini berbeda-beda. Ada yang memakai cabe dan bawang merah yang ditusuk kesebatang lidi, ataupun disebar keatas atap rumah. Maksudnya agar hujan yang memang turunnya dari atas (dari langit maksudnya) akan tetap diatas dulu, alias jangan jadi hujan.

Ada juga yang memakai cabe merah dan kepala ayam yang masing-masing ditaruh di mangkuk terpisah, menancapkan golok atau keris ketanah, menaruh pakaian dalam (celana dalam) calon pengantin kea tap rumah yang semuanya sebagai lambang atau doa perantara sang pawang.

Saat prosesi berlangsung, ada yang membutuhkan tempat khusus seperti kamar untuk berkonsentrasi dan untuk menaruh sesajinya, dan selama prosesi berlangsung, nggak boleh ada satu orang pun yang masuk kekamar tersebut.

Untuk tingkatan ilmu yang lebih tinggi, sang pawang biasanya dapat melakukan tugasnya dibeberapa tempat sekaligus. Ia cukup mewakilkan dirinya dengan payung hitam di tempat yang nggak bisa ia datangi dan menaruhnya dikamar atau tempat khusus plus sesajian lainnya.

Konon, kemampuan yang unik ini sudah ada sejak zaman dulu sekali. Orang sunda menyebutnya ilmu buhun dan orang jawa menyebutnya ilmu kejawen. Yang jelas, keberadaan seorang pawang hujan, sampai saat ini masih dianggap penting untuk memperlancar acara.